BantulMedia.com – Bagi kebanyakan wanita, hamil dan memiliki anak adalah hal yang sangat membahagiakan. Apalagi jika dia hamil untuk pertama kalinya dan melahirkan seorang anak. Status baru menjadi seorang ibu membuatnya menjadi seseorang yang sangat berarti karena kehadiran sang buah hati.
Tidak jarang wanita mencari banyak informasi tentang perkembangan janin setiap bulan selama kehamilan. Hal ini terjadi agar anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya. Namun ibu baru biasanya tidak terlalu memperhatikan kondisinya sendiri setelah melahirkan. Keadaan mental setelah melahirkan pada ibu seringkali kurang diperhitungkan. Hal ini dikarenakan keluarga lebih fokus pada kehadiran buah hati.
Tentu saja, ini tidak boleh dianggap enteng. Dalam beberapa kasus, gangguan mental pascapersalinan menyebabkan kerusakan pada bayi. Karena itu, kondisi psikis pasca melahirkan ini membutuhkan bantuan ahli seperti psikiater untuk mengatasinya.
Berikut gangguan jiwa yang bisa terjadi setelah melahirkan:
Kondisi Psikis – Baby Blues Syndrome
Gangguan jiwa ini sudah dikenal oleh masyarakat umum. Baby blues syndrome adalah gangguan mental berupa kesedihan, ketakutan, dan emosi. Kondisi psikis pasca melahirkan ini terjadi pada hampir 50-80% wanita selama kehamilan pertama mereka.
Baby blues syndrome erat kaitannya dengan kurangnya dukungan sosial yang membuat ibu merasa sendiri, takut, cemas, marah, dan bersalah karena memiliki perasaan tersebut. Biasanya ini terjadi 2 minggu setelah melahirkan.
Mengatasi Baby Blues Syndrome pada Ibu Baru
Sering diyakini bahwa sindrom ini terjadi karena perubahan kondisi psikis hormonal dalam tubuh wanita. Selama kehamilan, seorang wanita mengalami banyak perubahan, baik fisik maupun non fisik, termasuk hormon dan emosi. Setelah melahirkan, terjadi perubahan hormonal dalam tubuh yang mempengaruhi kesejahteraan ibu.
Penurunan kadar estrogen dan progesteron atau hormon lain yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid dapat membuat ibu mudah lelah, perubahan emosi bahkan terjadi depresi. Selain hormon, kelelahan karena merawat bayi baru lahir juga bisa menjadi penyebab Baby Blues Syndrome. Depresi juga bisa diakibatkan oleh perubahan pola tidur.
Baby blues pada ibu pasca melahirkan ditandai dengan beberapa gejala, seperti:
- Ada perasaan sedih yang membuat ibu menangis dan merasa tertekan.
- Emosi tidak stabil, sehingga timbul rasa takut yang mudah tersinggung dan tidak masuk akal.
- Kelelahan, sulit tidur dan sering sakit kepala.
- Merasa tidak aman dan takut.
Faktanya, timbulnya Baby Blues Syndrome sering dialami oleh para ibu setelah melahirkan. Namun, jika kondisi psikis pasca melahirkan ini terus terjadi, bisa berdampak negatif baik bagi ibu maupun anak. Untuk itu, para ibu sebaiknya harus bisa untuk mengelola Baby Blues Syndrome dengan tepat.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasi baby blues syndrome adalah:
- Persiapkan diri Anda secara fisik, mental, dan material untuk kelahiran. Jika ibu sudah siap dengan kehadiran bayinya, maka ketakutan akan kelahiran bayinya tidak akan membuat ibu tertekan tetapi justru membuatnya bahagia.
- Penting bagi ibu untuk mencari banyak informasi tentang persalinan agar tidak “terkejut” saat mengasuh anaknya. Bicaralah dengan dokter Anda tentang bagaimana Anda bisa merawat si kecil sambil menjaga kesehatannya. Ketika ibu tahu caranya dan siap mengasuh buah hatinya, sindrom baby blues bisa dihindari.
- Berbagi beban dengan pasangan adalah cara terbaik untuk menghindari Baby Blues Syndrome. Berbicara dengan pasangan Anda tentang merawat anak Anda dan berbagi tanggung jawab dapat meringankan ibu baik secara fisik maupun mental.
- Berbagi pengalaman dengan ibu-ibu lain melalui komunitas online atau dengan teman-teman yang juga ibu.
- Makan cukup nutrisi dan istirahat agar keadaan tubuh selalu sehat.
- Berusaha untuk selalu berpikir positif adalah kunci untuk menghindari sindrom baby blues.
Postpartum Depression ( Depresi Pasca Melahirkan)
Kondisi ini sering disebut sebagai depresi klinis yang terjadi setelah melahirkan. Depresi ini mempengaruhi kemampuan ibu untuk merawat bayinya. Tidak sebesar Baby Blues Syndrome, depresi nifas terjadi pada sekitar 10-20% ibu nifas.
Berbeda dengan baby blues, depresi pascapersalinan jarang hilang dengan sendirinya. Kondisi ini dapat terjadi berhari-hari atau bahkan berbulan-bulan setelah bayi lahir dan dapat berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan tanpa pengobatan. Depresi pascamelahirkan adalah gangguan mental yang dapat berangsur-angsur membaik. Kondisi Psikis pasca melahirkan ini dapat sembuh secara efektif, membuat orang tersebut merasa lebih baik.
Gejala yang terjadi pada kondisi Depresi Postpartum, meliputi:
Merasa tertekan dan banyak menangis
Berkurangnya minat pada seks
Susah tidur
Tidak nafsu makan
Merasa tidak mampu menjadi orang tua
Sulit berkonsentrasi
Sering sakit kepala, detak jantung cepat, mati rasa, dll.
Kehilangan energi
Beberapa orang berpikir tentang bunuh diri.
Depresi pasca melahirkan dapat dihindari
Jangan berjuang dengan depresi pascamelahirkan sendirian. Bukan salah Anda jika Anda mengalami depresi dan itu tidak membuat Anda menjadi orang tua yang buruk. Anda dapat mencegah atau mengobati depresi pascamelahirkan dengan cara berikut:
Bangun ikatan yang aman dengan bayi
Ikatan emosional adalah ikatan yang aman antara orang tua dan anak. Keterikatan yang berhasil memungkinkan anak-anak merasa cukup aman untuk berkembang sepenuhnya, dan keterikatan tersebut akan memengaruhi cara mereka berkomunikasi dan membangun hubungan sepanjang hidup mereka.
Ikatan yang aman tercipta ketika Anda mendengarkan dan menanggapi kebutuhan atau sinyal emosional anak Anda. Menjadi sumber kenyamanan yang andal memungkinkan Anda belajar mengelola perasaan dan perilaku Anda sendiri, yang pada gilirannya dapat membantu memperkuat perkembangan kognitif Anda.
Merawat Diri sendiri
Ini adalah salah satu cara terbaik untuk meredakan atau mencegah depresi pascamelahirkan. Pilihan gaya hidup sederhana dapat meningkatkan kesehatan, suasana hati, dan membantu Anda merasa seperti diri sendiri lagi.
Makan makanan yang mengandung omega-3 seperti pada ikan berminyak herring dan salmon selama kehamilan dapat mengurangi risiko depresi pascapersalinan. Ini juga bisa menjadi pengobatan alternatif yang mungkin untuk depresi pascamelahirkan.
Cukup tidur. “Tidur saat bayi tertidur” adalah ungkapan yang sering digunakan oleh orang tua yang menasihati orang tua baru. Namun, mendapatkan segala bentuk tidur sambil merawat bayi yang baru lahir adalah tugas yang sulit. Wanita postpartum sering membutuhkan waktu lebih lama untuk tertidur dan tidur lebih sedikit daripada wanita tanpa kondisi ini. Semakin buruk kualitas tidur, semakin parah depresinya.
Berjemur. Paparan sinar matahari dan udara segar secara signifikan meningkatkan suasana hati. Gunakan waktu menjemur bayi seperti waktu ibu mengeringkan diri di pagi hari, minimal 10-15 menit sehari.
Jauhi orang yang membuat tidak nyaman
Banyak orang yang tidak memahami kondisi ibu setelah melahirkan. Ketika ibu mengalami kesulitan atau kebingungan, akan ada dukungan moral dan bahkan ada yang menganggapnya lemah. Yang terbaik adalah menghindari orang-orang yang membuat Anda tidak nyaman.
Merasa tidak enak badan mempengaruhi produksi ASI dan suasana hati ibu. Hindari orang dan lingkungan yang membuat ibu tidak nyaman agar ibu dapat menjaga kondisi tersebut agar terhindar dari depresi.
Luangkan waktu untuk diri sendiri pasca melahirkan
Jika si kecil tertidur lelap, tidak masalah untuk beristirahat dan meluangkan waktu untuk diri sendiri atau saya. Lakukan hal-hal yang sederhana tapi menyenangkan. Anda dapat membaca buku terlambat, mendengarkan lagu favorit Anda, atau menelepon pasangan Anda dan bahkan teman-teman. Carilah kegiatan yang menarik dan dapat menenangkan Anda.
Baca juga:
Hewan Peliharaan Jadi Solusi Kesehatan Mental? Simak Manfaatnya!
Dukungan Komunitas
Kehadiran platform digital dan media sosial telah memungkinkan ibu baru untuk mendaftar dan bahkan mendapatkan dukungan.
MotherHope Indonesia (MHI) adalah salah satu komunitas yang memberikan dukungan berkelanjutan kepada ibu dengan gangguan jiwa pasca melahirkan melalui penggunaan Facebook. MHI memulai perjalanannya pada tahun 2015 dan berkembang pesat. Saat ini, lebih dari 45.000 anggota telah bergabung dengan grup Facebook MHI.
Mereka berbicara satu sama lain tentang bagaimana memperkuat kekuatan mental keluarga, bagaimana menghadapi konflik, dan bagaimana menghadapi depresi dan kecemasan.
MotherHope Indonesia memiliki beberapa program reguler offline, seperti kelompok kecil swadaya yang beranggotakan 5-10 orang dan dapat berinteraksi secara langsung.
Ada juga seminar yang bekerja sama dengan komunitas lain atau lembaga tertentu, yang biasanya berlangsung tiga kali setahun, bahkan kunjungan rumah.
Dalam kunjungan rumah kali ini, MHI bekerja sama dengan tim relawan memberikan edukasi dan dukungan psikologis kepada ibu-ibu yang membutuhkan.
Memiliki teman untuk saling bicara dengan kondisi yang sama dapat memotivasi Anda untuk menjadi lebih baik lagi
Itulah pembahasan tentang kesehatan mental pasca melahirkan. Semoga Ibu bisa melewati masa-masa ini
Komentar
Posting Komentar